Jumat, 29 November 2013

penerapan PDCA di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu.
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional yang lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain. Sistem pendukung kegiatan produksi antara lain :
a.       perencanaan dan pengendalian produksi
b.      pengendalian kualitas
c.       penentuan standar operasi
d.      penentuan fasilitas produksi
e.       perawatan fasilitas produksi
f.       penentuan harga pokok produksi. 

Dalam makalah ini akan dibahas tentang PDCA pada perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS). PDCA adalah singkatan dari Plan,Do,Check,and Action.PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari penyusunan rencana kerja,pelaksanaan rencana kerja,pemeriksaan rencana kerja,perbaikan yang terus menerus dan berkesinambungan.


1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a.       Penerapan PDCA pada perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) agar dapat menghasilkan CPO yang berkualitas.
1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
a.       Untuk Dapat menerapkan PDCA pada perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

1.4  Manfaat
       Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai media ataupun sarana untuk menambah wawasan kita tentang pentingnya PDCA pada setiap perusahaan agar dapat menghasilkan produk-produk yang bekualitas dan kompetitif. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat baik bagi diri penulis pribadi maupun pembaca pada umumnya dan dapat menjadi sumber referensi bagi kita di kemudian hari.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Plan (Rencana)
2.1.1 Definisi Masalah
Untuk mendefinisikan masalah yang ada,terlebih dahulu kita harus menganalisa masalah yang terjadi. Contoh kasus yang akan kami ambil adalah faktor apa  saja yang mempengaruhi rendemen CPO di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ?
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO di PKS
     Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen yang tinggi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di PKS,antara lain:
·         Varietas tanaman
·         Umur tanaman
·         Pemeliharaan tanaman
·         Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
·         Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
·         Pengangkutan TBS ke pabrik
·         Kondisi proses pengolahan di PKS

2.1.2 Analisa Penyebab
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas, maka kita harus menganalisa penyebabnya. Mengapa kualitas CPO yang dihasilkan tidak memenuhi standar ?

·         Varietas Tanaman
Faktor penentu buruknya kualitas CPO di antaranya disebabkan oleh pemilihan Varietas tanaman yang salah.
Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang terbagi atas 4 (empat),yaitu:
1.      Macrocarya, merupakan tipe jenis kelapa sawit yang memiliki cangkang paling tebal yaitu sekitar > 8 mm.
2.      Dura, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sekitar 35-50% dari buah,dengan tebal cangkang sekitar 2-8 mm dan ketebalan inti (kernel) yang cukup besar. Tipe kelapa sawit jenis ini merupakan tipe kelapa sawit yang juga dikategorikan memiliki cangkang yang cukup tebal,sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah,namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya cukup rendah yaitu berkisar 18 %.
3.      Pisifera, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sangat tebal yaitu sekitar 70-80% dengan cangkang yang sangat tipis yaitu <0,5 mm (bahkan kadang hampir tidak ada), namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah sehingga tidak ditanam secara komersial di perkebunan.
4.      Tenera, merupakan tipe kelapa  sawit yang memiliki mesocarp cukup tebal yaitu sekitar 60-70% dengan ketebalan cangkang hanya 0,5-4 mm. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertile. Beberapa Tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minya per tandannya yang cukup tinggi yaitu sekitar 22-28%. Tipe kelapa sawit ini lebih cocok untuk penanaman komersial.

·         Umur Tanaman
Umur tanaman juga sangat mempengaruhi kualias CPO,Tingkat produktivitas tanaman kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun (periode tanaman muda,young),mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old) sampai saat-saat menjelang peremajaan (replanting). Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per tahun dengan berat 3-40 kg per tandan,tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat 1000-3000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10-20 g.

·         Pemeliharaan Tanaman
Untuk mendapatkan kualitas CPO yang baik maka kualitas tanamannya juga harus baik, tanaman yang baik harus dibutuhkan pemeliharaan yang baik pula.Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya kelapa sawit adalah dengan melakukan pemeliharaan tanam sejak mulai tanaman. Hal ini akan menentukan masa non produktifnya. Dengan pemeliharaan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai masa non-produktif yang pendek.

·         Mutu TBS
Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS,sedangkan mutu TBS dipengaruhi oleh system panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu CPO tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya dapat memperkecil efisiensi pengolahan. Pelaksanaan panen dipengaruhi oleh system panen yang ditetapkan di suatu perkebunan. Panen yang tidak terkendali akan menyebabkan kehilangan CPO serta penurunan mutu produksi.

·         Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah. Dalam hal ini pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh factor ini. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang,maka minyak yang dihasilkan akan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya,jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang,selain kadar ALB-nya rendah,rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas,ada beberapa  tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada 5 fraksi TBS.berdasarkan fraksi TBS tersebut,derajat kematanganyang baik adalah tandan-tandan yang dipanen berada pada  fraksi 1,2,dan 3.
Table 2.1 Kematangan TBS yang akan dipanen
No.
Fase Buah
Fraksi Buah
Jumlah berondolan yang telah jatuh
Tingkat kematangan
1.
Mentah
00
Tidak ada buah yang berwarna hijau atau hitam
Sangat mentah
0
1% - 12,5% buah luar atau 0-1 berondolan tiap kg tandan memberondol
Mentah
2.
Matang
1
12,5% - 25% buah luar atau 2 berondolan tiap kg tandan 25% dari buah luar memberondol
Kurang matang
2
25%-50% buah luar memberondol
Matang
3
50%-75% buah luar memberondol
Matang
3.
Lewat
4
75%-100% buah luar memberondol
Lewat matang (ranum)
5
100% buah luar memberondol dan sebagian berbau busuk
Lewat matang (busuk)

·         Pengangkutan TBS ke Pabrik
TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan asam lemak bebas (ALB) nya semakin meningkat dan dapat memperkecil kadar rendemen. Pengangkutan yang menempuh jarak terlalu jauh akan mempertinggi derajat kelukaan buah yang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.
·         Kondisi Proses di PKS
Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat berperan dengan baik jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik yang baik.
Untuk mengendalikan proses pengolahan diperlukan pengetahuan dan penguasaan terhadap proses pengolahan,kinerja mesin dan alat serta memadukan setiap proses pengolahan dan kemampuan untuk mengoperasikan serta mendiagnosa suatu penyimpangan.
Pada stasiun penerimaan buah,buah yang diterima ditimbang dengan teliti agar didapat perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian langsung diolah agar tidak terjadi pelukaan pada buah yang dapat meningkatkan ALB dan menurunkan rendemen.
Stasiun perebusan menggunakan system triple peak. Dimana tekanan yang digunakan adalah 2-3 kg/cm3. Apabila tekanan < 2 kg/cm3,maka waktu perebusan akan semakin lama. Hal ini akan menyebabkan kehilangan minyak pada tandan kosong dan pada air kondensat akan meningkat.
Pada stasiun penebahan, thresher berputar dengan kecepatan 23-25 rpm. Bila putaran dibawah 23 rpm maka berondolan buah tidak terlepas sempurna dari tandannya sehingga dapat menurunkan  rendemen minyak.
Pada stasiun kempa, tekanan berkisar 30-50 bar. Bila tekanan kempa terlalu rendah dapat mengakibatkan ampas masih basah (mengandung minyak) sehingga kehilangan minyak pada ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar biji pecah tinggi dan kehilangan minyak pada biji juga tinggi. Selain itu, kinerja mesin pada stasiun klarifikasi yang kurang baik dapat mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air.

2.1.3 Merencanakan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan terhadap kasus/masalah yang ada, kita perlu membuat rencana untuk waktu jangka panjang.
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai berikut :
·         Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya kita memilih varietas tanaman jenis Tenera
·         Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit mencapai tingkat produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old), maka sebaiknya segeralah melakukan peremajaan kembali (replanting)
·         Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau kurang baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong daun-daun tua),penyerbukan buatan,dll.
·         Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan system panen. Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.
·         Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses pemanenan agar TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria matang.
·         Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.
·         Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan pengetahuan dan penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-alat harus selalu dalam kondisi yang baik.

2.2 Do (Melaksanakan)
Tindakan yang kita laksanakan harus sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
2.3 Check (Periksa)
Pemeriksaan sangatlah penting dilakukan untuk dapat memastikan hasil dari pemecahan suatu masalah.
2.4 Act (Tindakan)
2.4.1 Cara Mengatasi Kehilangan Minyak Selama Proses Pengolahan
Kehilangan minyak selama proses dapat ditanggulangi dengan angka kerja pengolahan (Standar Fisik Kerja Pengolahan) yang diperlihatkan pada table berikut:
Tabel 2.2 Standar Fisik Kerja Pengolahan
No.
Uraian
Satuan
Standar Fisik
1.
Tekanan Rebusan
Kg/cm3
2,8-3
2.
Masa Rebusan
Menit
85-90
3.
Pola Rebusan
Puncak
2 atau 3
4.
Suhu Massa dalam Digester
°C
90-95
5.
Tekanan Kerja Single Pressing
Bar
30-50
6.
Tekanan Kerja Double Pressing
Firs Pressing
Second Pressing

Bar
Bar

30-40
40-50
7.
Suhu Kerja Stasiun Klarifikasi
°C
90-95
8.
Tekanan Vacum Dryer
Torr
50
9.
Suhu Hot Water Tank
°C
90-95
10.
Pemakaian Air Pengencer di Screw Press terhadap TBS

%

15-20
11.
Kebutuhan Air Stasiun Klarifikasi terhadap TBS

%

5-10
12.
Kebutuhan Air Pabrik per ton TBS
m3
1,2-1,5
13.
Kebutuhan Listrik per ton TBS
KwH
15-17
14.
Kebutuhan Uap per ton TBS
Kg
500-600

Selain pengaruh standart fisik kerja pengolahan di atas, kualitas minyak kelapa sawit juga dipengaruhi oleh system panen yang diberlakukan. Kriteria matang panen yang bervariasi akan menyebabkan perbedaan kualitas minyak kelapa sawit.
Pemanenan yang sesuai norma-norma panen tidak akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap kualitas. Namun, penyimpangan akan selalu terjadi sehingga menyebabkan penurunan kualitas seperti pengutipan brondolan yang kotor serta pemotongan buah mentah.
Operasi panen,operasi pengangkutan buah dan operasi pengolahan hendaknya saling mendukung satu sama lain. Ketiga kegiatan ini merupakan subsistem-subsistem dari satu tujuan system induk yaitu objektif PAO (Panen Agkut Olah).
Untuk mendukung suksesnya tujuan pengangkutan perlu diperhatikan tersedianya buah di TPH mulai jam 9.00 WIB, jumlah armada angkutan yang cukup,serta jalan yang baik dan sistem komunikasi yang lancar.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ø  Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus mengandung Asam Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen yang tinggi.
Ø  Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di PKS,antara lain:
o   Varietas tanaman
o   Umur tanaman
o   Pemeliharaan tanaman
o   Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
o   Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
o   Pengangkutan TBS ke pabrik
o   Kondisi proses pengolahan di PKS
Ø  Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai berikut :
o   Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya kita memilih varietas tanaman jenis Tenera
o   Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit mencapai tingkat produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old), maka sebaiknya segeralah melakukan peremajaan kembali (replanting)
o   Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau kurang baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong daun-daun tua),penyerbukan buatan,dll.
o   Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan system panen. Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.
o   Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses pemanenan agar TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria matang.
o   Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.
o   Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan pengetahuan dan penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-alat harus selalu dalam kondisi yang baik.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1990. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Riau: Direktorat Jenderal Perkebunan
Anonymous 1997. Standarisasi pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Direktorat Jenderal           Perkebunan.
Naibaho,P.M. 1998. Teknologi pengolahan kelapa sawit. Medan: Pusat penelitian Kelapa Sawit (PPKS).
Pahan,I.2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.Cetakan 1.Jakarta: Penebar Swadaya.